Minimnya
Ahli Tenaga Pustakawan di Perpustakaan Sekolah
Oleh: Munawwarah S.
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar belakang masalah
Banyak
orang bila mendengar istilah perpustakaan, dalam benak mereka akan tergambar
sebuah gedung atau ruangan yang di penuhi rak buku. Anggapan demikian tidak lah
selalu salah karna bila dikaji lebih lanjut, kata dasar perpustakaan
adalah pustaka. Perpustakaa ialah sebuah ruangan, bagan sebuah gedung itu
sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan trbitan lainnya yang biasa
menurut tata susunan tertentu untuk digunakan membaca, bukan untuk dijual.
Perkembangan
perpustakaan tidak dapt dipisahkan dari sejarah manusia karena perpustakaan
merupakan produk manusia. Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan bertindak
selaku penyimpanan khazanah hasil pikiran manusia. Hasil pikiran manusia dapat
di tuangkan dalam entuk cetak maupun noncetak atau dalam bentuk elektronik
seperti disket. Hasil pikiran manusia yag dituangkan dalam bentuk buku adalam
arti luas (mencakup bentuk cetak atau grafis, noncetak, bentuk elektronik) ini
sering kali diasosiasikan dalam kegiatan belajar. Karena perpustakaan sellu
dikaitkan dengan buku, sedangkan buku dikaitkan dengan kegiatan belajar.
Kegiatan belajar dibagi atas dua mecamm yaitu kegitan belajar dalam lingkungan
sekolah dan kegiatan belajar diluar lingkunan sekolah.
Perpustakan
merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal, artinya perpustakaan
merupakan tempat belajar diluar banngku sekolah maupun juga tempat belajar di
lingkungan pendidikan sekolah. Dalam hal ini, yang berkaitan dengan pendidikan
nonformal ialah perpustakaan umum, sedangkan yang berkaitan dengan pendidikan
informal ialah perputakaan sekolah dan perpustkaan perguruan tinggi.
Dalam
sejarah, banyak terjadi tokoh dunia menghabiskan waktunya di perpustakaan serta
memperoleh banyak bahan dari perpustakaan sekolah.Perpustakaan sudah berkembang
selama 5000 tahun, kita dapat menyimak adanya kondisi yang menguntungkan
pertumbuhan perpustakaan. Disamping itu juga ada kondisi yang
menghambat pertumbuhan perpustakaan sehingga perpustakaan tidak berkembang
secara wajar. Dengan kata lain, perpustakaan mencerminkan kebutuhan social,
ekonomi, cultural, dan pendidikan.
Dalam
sebuah perpustakaan pasti ada pengelolanya yauti pustakawa, pada masa lalu yang
terkenaal dalam sejarah kepustakawanan, Jabatan pustakawan pada Library
of congres (AS) berdasarkan undang-undang diberikan kepada ilmuwan
ataupun budayawan.
Bila
pustakawan ingin memperoleh kemajuan dalam bidangg tugasnya, pustawan harus
bertindak selaku agen dalam bidangnya. Pustakawan harus menjadikan
perpustakaannya sebagai sarana belajar bagi pembacanya. Dengan tindakan
demikian maka seorang pustakawan pada hakikatnya juga seorang pendidik. Untuk
menjadi seorang pustakawan diperlukan persyartan pendidikan dan
latihan telah ada sejak zaman purba, namun persyaratan tersebut berbeda dari
zaman ke zaman. Misalnya, syarat pustakawan pada zaman Babylonia dan Assyiria
haruslah tamatan sekolah ahli menulis. Sesuai pendidikan, si calon pustakawan
harus magang di perpustakaan selama beberapa tahun. Selama magang si calon
pustakawan di wajibkan pula belajar bahasa asing. Prinsip perlunya pendidikan
dan latihan ini di perbaharui lagi pada abad ke-19 dan abad ke -20. Melvil
Dewey (menciptakan bagan decimal dewey) menganggap perlu adanya
pendidikan formal bagi pustakawan. Ia kemudian mendiri kan sekolah perpustakaan
(library school) di Colombia Univercity pada tahun 1878.
Berdasarkan
uraian di atas, maka judul yang di pilih dalam penelitian ini adalah “Minimnya
Ahli Tenaga Pustakawan di Perpustakaan Sekolah”
B. Rumus Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut yaitu menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Apakah dengan adanyan tenaga ahli pustakawan di perpustakaan dapat
merubah perpustakaan dapat merubah perpustakaan sekolah lebuh maju.
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah : Dengan adanya tenaga ahli pustakawan di
perputakaan sekolah dapat mengubah perpustakaan sekolah tersebut lebih maju
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian
pustakawan
Pustakawan
adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari-hari. Berkecimpung dengan
dunia buku. Dengan situasi demikian sudah layak bila pustakawan menganjur siswa
di sekolah untuk giat belajar.
Di segi
lain, pustakawan pun di tuntut untuk giat membaca demi kepentingan profesi,
ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang
dibaca pustakawan adalah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan
kepustakawanan. Ilmu pepustakaan berarti batang tumbuh pengetahuan yang
terorganisasi, dalam benuk apa pun juga, yang berkaitan dengan tujuan, objek
dan fungsi perpustakaan, prinsip, teori, tata susunan, dan teknik yang digunakan
dalam melakukan kinerja ( untuk kerja ) jasa perpustakaan. Kepustakaan
merupakan penerapan pengetahuan dari ilmu perpustakaan terhadap koleksi, tata
susunan, pelestarian dan pemanfaatan buku serta materi lain di perpustakaan,
penyempurnaan malar (kesinambungan), dan jasa perluasan jasa perpustakaan.
B. Pustakawan dan Profesi
Kalau
menyimak perkembangan profesi, timbul tanda tanya apakah pustakawan dapat
digolongkan ke dalam profesi atau tidak. Hal ini tergantung pada kemampuan dan
tanggapan perpustakaan terhadap profesi dan jasa yang di berikan pustakawan
serta pandangan masarakat itu sendiri terhadap pustakawan. Ada pun cirri
profesi adalah :
1. Adanya Sebuah Asosiasi atau Organisasi Keahlian
Tenaga profesional terkumpul dalam sebuah organisasi
yang teratur dan benar-benar mewakili kepentingan profesi. Dalam dunia
pustakawan, dikenal organisasi bernama Library Association Indonesia (
Inggris ), American Library Association(AS), serta Ikatan
Pustakawanan Indonesia (IPI)
2. Terdapat Pola Pendidikan Profesi yang jelas
Struktur pendidikan pustakawan harus jelas. Dalam hal
ini, organisasi pustakawan Amerika (ALA) lebih berhasil dari rekannya di
Inggris atau Indonesia karena ALA berhak menetukan kualifikasi pendidikan
formal pustawakan.
3. Adanya Kode Etik
Kode etik akan mengatur hubungan antara tenaga
profesional dengan nasabah atau rekanan. Namun kode etik pustakawan lebih
bersifat sosial dari pada bisnis.
4. Berorientasi pada jasa
Kepustakawan berorientasi pada jasa, dengan pengertian
jasa perpustakaan dengan pembaca memerlukan pengetahuan dengan pembaca
memerlukan pengetahuan dan teknik khusus yang harus dimiliki pustakawan. Jasa
pustakawan yang diberikan pada pembaca menyangkut hidup dan budaya si pembaca,
dan jasa ini di berikan secara terus-menerus. Namun kini muncul profesi baru,
pustakawan adalah pialang informasi artinya pustakawan yang mengantungkan
sepenuhnya jual beli informasi.
5. Adanya Tingkat Kemandirian
Sebagai tenaga profesional harus mandiri, dalam arti
bebas dari cmpuran pihak tangan luar. Dalam kenyataan, sifat kemandirian
pustkawan bersifat ganda artinya disatu pihak dia dapt mandiri(umpamanya
pustakawan bebas) namun dipihak lain ia terikat pada pemerintah sehingga sering
disebut setia ganda.
C. Prinsip Kepustakawanan
Di
dalam kamus besar bahasa indonesiaedisi ke empat kata “prinsip
“ diartikan sebagai asas atau dasar. Dari pengertian di atas dapat di tarik
pemahaman bahwa prinsip kepustakawanan(perpustakaan) adalah asas atau kebenaran
yang mejadi pokok dasar berpikir dan bertindak dalam perpustakaan.
D. Peranan, Tujuan danFungsi Perpustakaan Sekolah
Satu pertanyaan mendasar yang menjadi pemicu
pembahasan ini dalah apa alas an yang mendasari perlunya di bangun perpustakaan
sekolah? sebagai jawabannya, hal itu sungguhnya tidak terlepas dari
pertimbangan bahwa bila perlengkapan dan sarana yang memadai tersedia di
sekolahmaka di harapkan para siswa dan masyarakat sekolah yang lainnya dapat
dilakukan kegiatan-kegiatan postif dan produktif. beberapa kegiatan positif dan
produkif itu di terangkan oleh Dian Sinaga sbb:
1. Dapat menemukan informasi, fakta dan data yng belum di
ketahui.
2. Para siswa dapat berlatih keterampilan-keterampilan
tertentu yangakan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan.
3. Dengan adanya sarana dan prasarana sekolah yang
memadai, maka para siswa dapat mngadakan penelitian (research) dan
percobaan-percobaan yang sederhana sesuai dengan kemampuannya.
4. Dapat mengadakan rekreasi dan mengisi waktu luang atau
senggang di sela-sela kesibukan belajar.
5. Dapat mencari,menalaah, dan menggali ilmu pengatahuan
yang di perlukan dalam proses balajar mengajar.
Selain
itu, ada juga alasan lain. Penyelagaraan perpustakaan sekolah mengacu kepada
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional,
terutama pada Pasal 45. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ptensi fisik,
kecerdaan, intelektual ,sosial, emosional, dan kewajiban peserta didik.
Hal
tersebut juga di tegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 42 dan pasal 43
tentang Sarana Prasarana . Pada intinya, pasal tersebut menyatakan
tentang bahwa sekolah wajib memiliki sarana , salah satu yang utama buku dan
sumber belajar.
Yusuf dan
Suhendar mengungkapkan bahwa penyelanggaraan perpustakaan sekolah bertujuan
memenuhi kebutuahan infoemasi bgi masyarakat dilingkungan sekolah yang
bersangkutan , kususnya guru dan murid. selebihnya, perlu juga di pahami bahwa
perpustakaan sekolah sebagian integral dari sekolah, komponen utama pendidikan
di sekolah, diharapkan mampu menunjang terhadap pencapaian tujuan di sekolah.
Selaras dengan hal tersebut, maka tujuan perpustakaan sekolah sebagai berikut:
1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik
membaca para siswa.
2. Membantu menulis kreatif bagi para sisiwa dan
bimbingan guru dan pustakawan.
3. Menumbuh kembangkan minat dan kebiasaan membaca para
siswa.
4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk
kepentingan pelaksanaan kurikulum.
5. Mendorong, menggairah, memelihara, dan memberi
semangat membaca dan belajar kepada para siswa.
6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman
belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu
pengetahuan dan teknologi.
7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktusenggang
melalui kegiatan memmbaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang
bersifat kreatif dan ringan, misanya fiksi,cerpen,dan sebagainya.
E.
Fungsi
Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan
sekolah mempunyai empat fungsi umum yaitu edukatis, informative, kreasi, dan
riset atau penelitian sederhana.
1. Yang pertama fungsi edukatif. Maksudnya secara
keseluruhan segala fasilitas dan sarana yang ada pada pepustakaan sekolah, terutama
koleksi yang dikelolanya banyak membantu para sisiwa sekolah untuk belajar dan
memperoleh kemampuan dasar dalam mentrasfer konsep-konsep pengetahuan, sehinnga
dikemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih
lanjut.
2. Kedua adalah fungsi informative.Maksudnya ini
berkaitan dengan mengupayakan peneyedian koleksi perpustakaan yang bersifat
“member tahu” akan hal-hal yang berhubung dengan kepentingan para siswa dan
guru.
3. Fungsi rekreasi dimaksudkan bahwa dengan disediakannya
koleksi yag bersifat ringan seperti surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi,
dsb. Diharapkan dapat mnghibur pembaca pada saat yang memungkinkan.
4. Fungsi riset atu penelitian adalah koleksi
perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan koleksi untuk membantu dilkukan nya
penelitia sederhana.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
hasil kesimpulan pembahasan diatas tentang “Minimnya Ahli Tenaga pustakawan di
Perpustakaan sekolah” Adalah:
1. Supaya dengan adanya tenaga ahli pustakawan
diperpustakaan sekolah perpustakaannya dapat memberi motivasi buat anak-anak
untuk belajar.
2. Dapat menumbuhkan minat baca anak-anak.
3. Membantu murid dan guru mengenai penggunaan sumberdaya
perpustakaan
DAFTAR
PUSTAKA
Sulistio Basuki, (1993). Pengantar
Ilmu Perpustakaan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Andi Prastowo, (2012). Manajemen
Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta, DivaPress
Pawit M. Yusuf, (2005). Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan. Bandung