Minimnya Ahli Tenaga Pustakawan di Perpustakaan Sekolah ~ Heca Library Selamat Datang Di Website Heca Library Dapatkan Informasi-Informasi Menarik Dan Berbagai Bahan Bacaan Mengenai Perkembangan Perpustakaan Yang Tentunya Sangat Bermanfaat Bagi Anda

Kamis, 03 November 2016


Minimnya Ahli Tenaga Pustakawan di Perpustakaan Sekolah
Oleh: Munawwarah S.

BAB I
PENDHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Banyak orang bila mendengar istilah perpustakaan, dalam benak mereka akan tergambar sebuah gedung atau ruangan yang di penuhi rak buku. Anggapan demikian tidak lah selalu salah  karna bila dikaji lebih lanjut, kata dasar perpustakaan adalah pustaka. Perpustakaa ialah sebuah ruangan, bagan sebuah gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan trbitan lainnya yang biasa menurut tata susunan tertentu untuk digunakan membaca, bukan untuk dijual.
Perkembangan perpustakaan tidak dapt dipisahkan dari sejarah manusia karena perpustakaan merupakan produk manusia. Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan bertindak selaku penyimpanan khazanah hasil pikiran manusia. Hasil pikiran manusia dapat di tuangkan dalam entuk cetak maupun noncetak atau dalam bentuk elektronik seperti disket. Hasil pikiran manusia yag dituangkan dalam bentuk buku adalam arti luas (mencakup bentuk cetak atau grafis, noncetak, bentuk elektronik) ini sering kali diasosiasikan dalam kegiatan belajar. Karena perpustakaan sellu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku dikaitkan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dibagi atas dua mecamm yaitu kegitan belajar dalam lingkungan sekolah dan kegiatan belajar diluar lingkunan sekolah.
Perpustakan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar banngku sekolah maupun juga tempat belajar di lingkungan pendidikan sekolah. Dalam hal ini, yang berkaitan dengan pendidikan nonformal ialah perpustakaan umum, sedangkan yang berkaitan dengan pendidikan informal ialah perputakaan sekolah dan perpustkaan perguruan tinggi.
Dalam sejarah, banyak terjadi tokoh dunia menghabiskan waktunya di perpustakaan serta memperoleh banyak bahan dari perpustakaan sekolah.Perpustakaan sudah berkembang selama 5000 tahun, kita dapat menyimak adanya kondisi yang menguntungkan pertumbuhan  perpustakaan. Disamping itu juga ada kondisi yang  menghambat pertumbuhan perpustakaan sehingga perpustakaan tidak berkembang secara wajar. Dengan kata lain, perpustakaan mencerminkan kebutuhan social, ekonomi, cultural, dan pendidikan.
Dalam sebuah perpustakaan pasti ada pengelolanya yauti pustakawa, pada masa lalu yang terkenaal dalam sejarah kepustakawanan, Jabatan pustakawan pada Library of congres (AS) berdasarkan undang-undang diberikan kepada ilmuwan ataupun budayawan.
Bila pustakawan ingin memperoleh kemajuan dalam bidangg tugasnya, pustawan harus bertindak selaku agen dalam bidangnya. Pustakawan harus menjadikan perpustakaannya sebagai sarana belajar bagi pembacanya. Dengan tindakan demikian maka seorang pustakawan pada hakikatnya juga seorang pendidik. Untuk menjadi seorang pustakawan diperlukan  persyartan  pendidikan dan latihan telah ada sejak zaman purba, namun persyaratan tersebut berbeda dari zaman ke zaman. Misalnya, syarat pustakawan pada zaman Babylonia dan Assyiria haruslah tamatan sekolah ahli menulis. Sesuai pendidikan, si calon pustakawan harus magang di perpustakaan selama beberapa tahun. Selama magang si calon pustakawan di wajibkan pula belajar bahasa asing. Prinsip perlunya pendidikan dan latihan ini di perbaharui lagi pada abad ke-19 dan abad ke -20. Melvil Dewey (menciptakan bagan decimal dewey) menganggap perlu adanya pendidikan formal bagi pustakawan. Ia kemudian mendiri kan sekolah perpustakaan (library school) di Colombia Univercity pada tahun 1878.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul yang di pilih dalam penelitian ini adalah “Minimnya Ahli Tenaga Pustakawan di Perpustakaan Sekolah”
B.     Rumus Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yaitu menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan adanyan tenaga ahli pustakawan di perpustakaan dapat merubah perpustakaan dapat merubah perpustakaan sekolah lebuh maju.
C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Dengan adanya tenaga ahli pustakawan di perputakaan sekolah dapat mengubah perpustakaan sekolah tersebut lebih maju
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian pustakawan
Pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari-hari. Berkecimpung dengan dunia buku. Dengan situasi demikian sudah layak bila pustakawan menganjur siswa di sekolah untuk giat belajar.
Di segi lain, pustakawan pun di tuntut untuk giat membaca demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan adalah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan kepustakawanan. Ilmu pepustakaan berarti batang tumbuh pengetahuan yang terorganisasi, dalam benuk apa pun juga, yang berkaitan dengan tujuan, objek dan fungsi perpustakaan, prinsip, teori, tata susunan, dan teknik yang digunakan dalam melakukan kinerja ( untuk kerja ) jasa perpustakaan. Kepustakaan merupakan penerapan pengetahuan dari ilmu perpustakaan terhadap koleksi, tata susunan, pelestarian dan pemanfaatan buku serta materi lain di perpustakaan, penyempurnaan malar (kesinambungan), dan jasa perluasan jasa perpustakaan.


B.     Pustakawan dan Profesi
Kalau menyimak perkembangan profesi, timbul tanda tanya apakah pustakawan dapat digolongkan ke dalam profesi atau tidak. Hal ini tergantung pada kemampuan dan tanggapan perpustakaan terhadap profesi dan jasa yang di berikan pustakawan serta pandangan masarakat itu sendiri terhadap pustakawan. Ada pun cirri profesi adalah :
1.      Adanya Sebuah Asosiasi atau Organisasi Keahlian
Tenaga profesional terkumpul dalam sebuah organisasi yang teratur dan benar-benar mewakili kepentingan profesi. Dalam dunia pustakawan, dikenal organisasi bernama Library Association Indonesia ( Inggris ), American Library Association(AS), serta Ikatan Pustakawanan Indonesia (IPI)
2.      Terdapat Pola Pendidikan Profesi yang jelas
Struktur pendidikan pustakawan harus jelas. Dalam hal ini, organisasi pustakawan Amerika (ALA) lebih berhasil dari rekannya di Inggris atau Indonesia karena ALA  berhak menetukan kualifikasi pendidikan formal pustawakan.
3.      Adanya Kode Etik
Kode etik akan mengatur hubungan antara tenaga profesional dengan nasabah atau rekanan. Namun kode etik pustakawan lebih bersifat sosial dari pada bisnis.
4.      Berorientasi pada jasa
Kepustakawan berorientasi pada jasa, dengan pengertian jasa perpustakaan dengan pembaca memerlukan pengetahuan dengan pembaca memerlukan pengetahuan dan teknik khusus yang harus dimiliki pustakawan. Jasa pustakawan yang diberikan pada pembaca menyangkut hidup dan budaya si pembaca, dan jasa ini di berikan secara terus-menerus. Namun kini muncul profesi baru, pustakawan adalah pialang informasi artinya pustakawan yang mengantungkan sepenuhnya jual beli informasi.
5.      Adanya Tingkat Kemandirian
Sebagai tenaga profesional harus mandiri, dalam arti bebas dari cmpuran pihak tangan luar. Dalam kenyataan, sifat kemandirian pustkawan bersifat ganda artinya disatu pihak dia dapt mandiri(umpamanya pustakawan bebas) namun dipihak lain ia terikat pada pemerintah sehingga sering disebut setia ganda.



C.     Prinsip Kepustakawanan 
Di dalam kamus besar bahasa indonesiaedisi ke empat kata “prinsip “ diartikan sebagai asas atau dasar. Dari pengertian di atas dapat di tarik pemahaman bahwa prinsip kepustakawanan(perpustakaan) adalah asas atau kebenaran yang mejadi pokok dasar berpikir dan bertindak dalam perpustakaan.
D.    Peranan, Tujuan danFungsi  Perpustakaan Sekolah
Satu pertanyaan mendasar yang menjadi pemicu pembahasan ini dalah apa alas an yang mendasari perlunya di bangun perpustakaan sekolah? sebagai jawabannya, hal itu sungguhnya tidak terlepas dari pertimbangan bahwa bila perlengkapan dan sarana yang memadai tersedia di sekolahmaka di harapkan para siswa dan masyarakat sekolah yang lainnya dapat dilakukan kegiatan-kegiatan postif dan produktif. beberapa kegiatan positif dan produkif itu di terangkan oleh Dian Sinaga sbb:

1.      Dapat menemukan informasi, fakta dan data yng belum di ketahui.
2.      Para siswa dapat berlatih keterampilan-keterampilan tertentu yangakan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan.
3.      Dengan adanya sarana dan prasarana sekolah yang memadai, maka para siswa dapat mngadakan penelitian (research) dan percobaan-percobaan  yang sederhana sesuai dengan kemampuannya.
4.      Dapat mengadakan rekreasi dan mengisi waktu luang atau senggang di sela-sela kesibukan belajar.
5.      Dapat mencari,menalaah, dan menggali ilmu pengatahuan yang di perlukan dalam proses balajar mengajar.
Selain itu, ada juga alasan lain. Penyelagaraan perpustakaan sekolah mengacu kepada Undang-undang  Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional, terutama pada Pasal 45. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ptensi fisik, kecerdaan, intelektual ,sosial, emosional, dan kewajiban peserta didik.
Hal tersebut juga di tegaskan dalam Peraturan Pemerintah  Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan  pada pasal  42 dan pasal 43 tentang Sarana  Prasarana . Pada intinya, pasal tersebut menyatakan tentang bahwa sekolah wajib memiliki sarana , salah satu yang utama buku dan sumber belajar.
Yusuf dan Suhendar mengungkapkan bahwa penyelanggaraan perpustakaan sekolah bertujuan memenuhi kebutuahan infoemasi bgi masyarakat  dilingkungan sekolah yang bersangkutan , kususnya guru dan murid. selebihnya, perlu juga di pahami bahwa perpustakaan sekolah sebagian integral dari sekolah, komponen utama pendidikan di sekolah, diharapkan mampu menunjang terhadap pencapaian tujuan di sekolah. Selaras dengan hal tersebut, maka tujuan perpustakaan sekolah sebagai berikut:
1.      Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.
2.      Membantu menulis kreatif bagi para sisiwa dan bimbingan guru dan pustakawan.
3.      Menumbuh kembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.
4.      Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.
5.      Mendorong, menggairah, memelihara, dan memberi semangat membaca dan belajar kepada para siswa.
6.      Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi.
7.      Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktusenggang melalui kegiatan memmbaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, misanya fiksi,cerpen,dan sebagainya.


E.     Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah mempunyai empat fungsi umum yaitu edukatis, informative, kreasi, dan riset atau penelitian sederhana.
1.      Yang pertama fungsi edukatif.  Maksudnya secara keseluruhan segala fasilitas dan sarana yang ada pada pepustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para sisiwa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentrasfer konsep-konsep pengetahuan, sehinnga dikemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut.
2.      Kedua adalah fungsi informative.Maksudnya ini berkaitan dengan mengupayakan peneyedian koleksi perpustakaan yang bersifat “member tahu” akan hal-hal yang berhubung dengan kepentingan para siswa dan guru.
3.      Fungsi rekreasi dimaksudkan bahwa dengan disediakannya koleksi yag bersifat ringan seperti surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi, dsb. Diharapkan dapat mnghibur pembaca pada saat yang memungkinkan.
4.      Fungsi riset atu penelitian adalah koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan koleksi untuk membantu dilkukan nya penelitia sederhana.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari hasil kesimpulan pembahasan diatas tentang “Minimnya Ahli Tenaga pustakawan di Perpustakaan sekolah” Adalah:
1.      Supaya dengan adanya tenaga ahli pustakawan diperpustakaan sekolah perpustakaannya dapat memberi motivasi buat anak-anak untuk belajar.
2.      Dapat menumbuhkan minat baca anak-anak.
3.      Membantu murid dan guru mengenai penggunaan sumberdaya perpustakaan 

DAFTAR PUSTAKA
Sulistio Basuki, (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Andi Prastowo, (2012). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta, DivaPress
Pawit M. Yusuf, (2005). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Bandung



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
" + "ipt>");}